Home » Archives for Mei 2011
Diposting oleh t-ceritadewasa on Selasa, 31 Mei 2011
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa on Senin, 30 Mei 2011
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa on Minggu, 29 Mei 2011
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa on Sabtu, 28 Mei 2011
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa on Jumat, 27 Mei 2011
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa on Kamis, 26 Mei 2011
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa on Selasa, 24 Mei 2011
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa on Senin, 23 Mei 2011
http://ping.fm/5VuP0
Diposting oleh t-ceritadewasa
http://ping.fm/5VuP0
Diposting oleh t-ceritadewasa
http://ping.fm/Mja6l
Diposting oleh t-ceritadewasa
http://ping.fm/Mja6l
Diposting oleh t-ceritadewasa
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/2011/05/mu-atau-barca-juara-champions-tahun-ini.html
Diposting oleh t-ceritadewasa
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/2011/05/mu-atau-barca-juara-champions-tahun-ini.html
Diposting oleh t-ceritadewasa on Sabtu, 21 Mei 2011
CERITA HOT ANAK SD
Diposting oleh t-ceritadewasa
Saat menjadi anak sd kelas satu aku terbilang pemalu. Pendiem nggak pinter ngomong. Mungkin karena baru beradaptasi ya. Atau bisa juga masih kikuk dengan penampilan sepatu baru. Tak tahu lah, yang jelas temanku bertambah saat itu. Dari yang dulu cuman lingkup RT dan paling banter RW. Kini setelah jadi anak sd lingkup asal teman2ku bertambah. Jadi antar desa maupun kecamatan. Bahkan saya inget temen sd dulu ada yang dari luar kota. Ia kalo berangkat ngikut ibunya yang kebetulan jadi guru disitu.
Hmmmh..
Cerita Dewasa
CERITA HOT ANAK SD
Diposting oleh t-ceritadewasa
Saat menjadi anak sd kelas satu aku terbilang pemalu. Pendiem nggak pinter ngomong. Mungkin karena baru beradaptasi ya. Atau bisa juga masih kikuk dengan penampilan sepatu baru. Tak tahu lah, yang jelas temanku bertambah saat itu. Dari yang dulu cuman lingkup RT dan paling banter RW. Kini setelah jadi anak sd lingkup asal teman2ku bertambah. Jadi antar desa maupun kecamatan. Bahkan saya inget temen sd dulu ada yang dari luar kota. Ia kalo berangkat ngikut ibunya yang kebetulan jadi guru disitu.
Hmmmh..
Cerita Dewasa
KUMPULAN SEJUTA CERITA DEWASA
Diposting oleh t-ceritadewasa on Jumat, 20 Mei 2011
Wah banyak banget ya. Masa ada orang yang sanggup membuat cerita dewasa nyampai sejuta sih.
Boleh percaya boleh nggak. Ini bukan pemerkosaan pendapat. Ini cuma bahasan tentang kumpulan sejuta cerita dewasa terpopuler.
Dan mungkin kalau ada kumpulan cerita dewasa sejuta, pembagiannya menjadi seperti ini
- 10% berisi Kumpulan Cerita Dewasa Panas
- 10% berisi kumpulan cerita dewasa hot
- 10% berisi kumpulan cerita dewasa mesum
- 10% berisi kumpulan cerita dewasa xxx
- 10% berisi kumpulan cerita dewasa hot
- 10 % berisi kumpulan cerita dewasa lucah
- 10% berisi kumpulan cerita dewasa birahi
- 10% berisi kumpulan cerita dewasa ngentot
- 10% kumpulan cerita dewasa seks
- 10% kumpulan cerita dewasa porno
- 10% kumpulan cerita dewasa bokep
Kayaknya sudah pas 100%, jadi genap jadi kumpulan sejuta cerita dewasa. Dan saya tak berharap ada yang mau menambahkan.
Trimakasih. Cerita Dewasa
KUMPULAN SEJUTA CERITA DEWASA
Diposting oleh t-ceritadewasa
Wah banyak banget ya. Masa ada orang yang sanggup membuat cerita dewasa nyampai sejuta sih.
Boleh percaya boleh nggak. Ini bukan pemerkosaan pendapat. Ini cuma bahasan tentang kumpulan sejuta cerita dewasa terpopuler.
Dan mungkin kalau ada kumpulan cerita dewasa sejuta, pembagiannya menjadi seperti ini
- 10% berisi Kumpulan Cerita Dewasa Panas
- 10% berisi kumpulan cerita dewasa hot
- 10% berisi kumpulan cerita dewasa mesum
- 10% berisi kumpulan cerita dewasa xxx
- 10% berisi kumpulan cerita dewasa hot
- 10 % berisi kumpulan cerita dewasa lucah
- 10% berisi kumpulan cerita dewasa birahi
- 10% berisi kumpulan cerita dewasa ngentot
- 10% kumpulan cerita dewasa seks
- 10% kumpulan cerita dewasa porno
- 10% kumpulan cerita dewasa bokep
Kayaknya sudah pas 100%, jadi genap jadi kumpulan sejuta cerita dewasa. Dan saya tak berharap ada yang mau menambahkan.
Trimakasih. Cerita Dewasa
ngebomb google \ Cerita Dewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Hasil 1 - 10 untuk cerita dewasa. (0,11 detik)
Cerita Dewasa Gabrud | KisBir | Terbaru 2012
19 Mei 2011 ... Blog Cerita Dewasa Gabrud Kisbir Terbaru 2012, Berisi Kumpulan Cerita Dewasa, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Seks, Cerita Ngentot, Cerita XXX ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/[Cerita Dewasa] : SOGLOG - Cerita Dewasa Gabrud | KisBir | Terbaru ...
18 Mei 2011 ... Related Search In Cerita Dewasa Gabrud : Cerita Dewasa Terbaru | Kisah ... Silahkan Berkomentar di Blog Cerita Dewasa Terbaru 'Gabrud' ini. ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/2011/05/cerita-dewasa-soglog.htmlCERITA DEWASA : REMPONG |Cerita [Kisah] Dewasa |Cerita Dewasa ...
14 Mei 2011 ... Cerita Dewasa, Cerita Porno, Cerita Seks, Cerita Birahi, Cerita ngentot Pembantu, Cerita ngentot Guru, Cerita Ngentot Sekretaris, Cerita ML ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/2011/05/cerita-dewasa-rempong.htmlcerita dewasa guru berjilbab - Cerita Dewasa Gabrud | KisBir ...
24 Mar 2011 ... Cerita Dewasa Cewek Berjilbab Terbaru 2012 |Cerita [Kisah] Dewasa ... 20 Mar 2011 ... Cerita Dewasa Ng-upload Gambar Cewek Berjilbab . ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/2011/.../cerita-dewasa-guru-berjilbab.html[KUMPULAN] CERITA DEWASA SIANG INI - Cerita Dewasa Gabrud | KisBir ...
2 Mei 2011 ... Setelah sukses menelurkan 'Cerita Dewasa Hari Ini' dan 'Cerita Dewasa ... Related Search In Cerita Dewasa Gabrud : Cerita Dewasa Terbaru ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/.../kumpulan-cerita-dewasa-siang-ini.htmlCerita Dewasa Bercinta Dengan Pacar
19 Mar 2011 ... Cerita Dewasa Istri Selingkuh |Cerita [Kisah] DewasaCerita Dewasa . ... Akhirnya Karena ndak Kuat Cerita Dewasa ngeluarin Cerita Dewasanya . ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/.../cerita-dewasa-bercinta-dengan-pacar.html Cerita Dewasa Cewek Berjilbab Terbaru 2012 |Cerita [Kisah] Dewasa ...
20 Mar 2011 ... Cerita Dewasa, Cerita Porno, Cerita Seks, Cerita Birahi, Cerita ngentot Pembantu, Cerita ngentot Guru, Cerita Ngentot Sekretaris, Cerita ML ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/.../cerita-dewasa-cewek-berjilbab-terbaru.html Cerita Dewasa : Suami Paijo dan Istri
17 Mei 2011 ... Cerita Dewasa : Suami Paijo dan Istri, Cerita Dewasa Gabrud | KisBir | Terbaru 2012, Cerita Dewasa : Suami Paijo dan Istri.
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/.../cerita-dewasa-suami-paijo-dan-istri.html Cerita Dewasa Gabrud : JODOH |Cerita [Kisah] Dewasa |Cerita Dewasa ...
17 Mei 2011 ... Cerita Dewasa, Cerita Porno, Cerita Seks, Cerita Birahi, Cerita ngentot Pembantu, Cerita ngentot Guru, Cerita Ngentot Sekretaris, Cerita ML ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/2011/.../cerita-dewasa-gabrud-jodoh.htmlCERITA DEWASA TERBARU : GADIS BULE JERMAN |Cerita [Kisah] Dewasa ...
13 Apr 2011 ... Cerita Dewasa TERBARU : GADIS BULE JERMAN- Cerita Dewasa kali ini mengetengahkan Cerita Dewasa Terbaru jenis perkosaan, perkosaan gadis BULE ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/.../cerita-dewasa-terbaru-gadis-bule-jerman.html
Pencarian Kustom |
ngebomb google \ Cerita Dewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Hasil 1 - 10 untuk cerita dewasa. (0,11 detik)
Cerita Dewasa Gabrud | KisBir | Terbaru 2012
19 Mei 2011 ... Blog Cerita Dewasa Gabrud Kisbir Terbaru 2012, Berisi Kumpulan Cerita Dewasa, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Seks, Cerita Ngentot, Cerita XXX ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/[Cerita Dewasa] : SOGLOG - Cerita Dewasa Gabrud | KisBir | Terbaru ...
18 Mei 2011 ... Related Search In Cerita Dewasa Gabrud : Cerita Dewasa Terbaru | Kisah ... Silahkan Berkomentar di Blog Cerita Dewasa Terbaru 'Gabrud' ini. ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/2011/05/cerita-dewasa-soglog.htmlCERITA DEWASA : REMPONG |Cerita [Kisah] Dewasa |Cerita Dewasa ...
14 Mei 2011 ... Cerita Dewasa, Cerita Porno, Cerita Seks, Cerita Birahi, Cerita ngentot Pembantu, Cerita ngentot Guru, Cerita Ngentot Sekretaris, Cerita ML ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/2011/05/cerita-dewasa-rempong.htmlcerita dewasa guru berjilbab - Cerita Dewasa Gabrud | KisBir ...
24 Mar 2011 ... Cerita Dewasa Cewek Berjilbab Terbaru 2012 |Cerita [Kisah] Dewasa ... 20 Mar 2011 ... Cerita Dewasa Ng-upload Gambar Cewek Berjilbab . ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/2011/.../cerita-dewasa-guru-berjilbab.html[KUMPULAN] CERITA DEWASA SIANG INI - Cerita Dewasa Gabrud | KisBir ...
2 Mei 2011 ... Setelah sukses menelurkan 'Cerita Dewasa Hari Ini' dan 'Cerita Dewasa ... Related Search In Cerita Dewasa Gabrud : Cerita Dewasa Terbaru ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/.../kumpulan-cerita-dewasa-siang-ini.htmlCerita Dewasa Bercinta Dengan Pacar
19 Mar 2011 ... Cerita Dewasa Istri Selingkuh |Cerita [Kisah] DewasaCerita Dewasa . ... Akhirnya Karena ndak Kuat Cerita Dewasa ngeluarin Cerita Dewasanya . ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/.../cerita-dewasa-bercinta-dengan-pacar.html Cerita Dewasa Cewek Berjilbab Terbaru 2012 |Cerita [Kisah] Dewasa ...
20 Mar 2011 ... Cerita Dewasa, Cerita Porno, Cerita Seks, Cerita Birahi, Cerita ngentot Pembantu, Cerita ngentot Guru, Cerita Ngentot Sekretaris, Cerita ML ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/.../cerita-dewasa-cewek-berjilbab-terbaru.html Cerita Dewasa : Suami Paijo dan Istri
17 Mei 2011 ... Cerita Dewasa : Suami Paijo dan Istri, Cerita Dewasa Gabrud | KisBir | Terbaru 2012, Cerita Dewasa : Suami Paijo dan Istri.
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/.../cerita-dewasa-suami-paijo-dan-istri.html Cerita Dewasa Gabrud : JODOH |Cerita [Kisah] Dewasa |Cerita Dewasa ...
17 Mei 2011 ... Cerita Dewasa, Cerita Porno, Cerita Seks, Cerita Birahi, Cerita ngentot Pembantu, Cerita ngentot Guru, Cerita Ngentot Sekretaris, Cerita ML ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/2011/.../cerita-dewasa-gabrud-jodoh.htmlCERITA DEWASA TERBARU : GADIS BULE JERMAN |Cerita [Kisah] Dewasa ...
13 Apr 2011 ... Cerita Dewasa TERBARU : GADIS BULE JERMAN- Cerita Dewasa kali ini mengetengahkan Cerita Dewasa Terbaru jenis perkosaan, perkosaan gadis BULE ...
ceritadewasa-gabrud.blogspot.com/.../cerita-dewasa-terbaru-gadis-bule-jerman.html
Pencarian Kustom |
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa
Diposting oleh t-ceritadewasa on Kamis, 19 Mei 2011
Diposting oleh t-ceritadewasa
CERITA TEGALAN / ANEKDOT TEGAL
Diposting oleh t-ceritadewasa
Dan sebagai penutup disalinkan saja contoh cerita tegalan / anekdot tegal yang saya salin dari BLOG BEGAWAN TEGAL, Yakni Cerita berjudul ngadusi dan lainnya dari karya Kangmas Lanang Setiawan.. Dan tambahan lagi dari Brebes Gemuyu Community.
Ngadusi
KERSANÉ Pengèran,
Kapèr dadi wong
sugih. Adaté wong
sugih, nang umahé
ana pembantuné.
Salah siji dina,
wayah awan, bojoné
Kapèr pan mangkat
arisan. Maring
pembantuné,
Dariyah, dèwèké
wanta-wanti.
“Nyonyah pan
lunga, ana urusan.
Bocah-bocah diadusi
kabèh, tolih jogan-
jogan disaponi Yah,
bèn katon kinclong.
Paham Nyonyah
ngomong?” omongé
bojoné Kapèr
nganggo sebutan
Nyonyah kedingan.
Gaya uluné nemen.
“Paham Nyah!”
jawabé si Dariyah.
Bojoné Kapèr latan
ngloyor, metu njaba.
Mbak sripit ambu
sandangané wangi
nemen. Dèwèké
nganggo kacamata
ribèn lan numpak
motor kinclong-
kinclong sing tembé
dituku. Pokoké,
bojoné Kapèr katon
okèm banget. Gaya
uluné por-poran.
Wayah soré teka,
bojoné Kapèr, balik
umah. Tapi antiné
bojoné Kapr sèwot
nemen waktu weruh
bocah-bocah durung
pada diadusi.
“Kowen dongé
kerjané apa Yah?
Waktu pan lunga,
Nyonyah kan wis
ngomong karo
kowen, bocah-bocah
diadusi kabèh. Bisané
nganti pan sèndakala
durung diadusi?
Gobogé kowen
budeg apa pimèn
sih?” sruwang
bojoné Kapèr
kambèn matané
mendelik.
“Anu, Nya . . . . Éh . . .
maaf Nyonya.
Enyong blèh sempet
ngadusi bocah-
bocah” semauré
Dariyah.
“Bisané?”
“Sebab Tuan Kapèr
maksa enyong kon
ngadusi!”
25 Taun Udud
GLÈMBOH jakwiré Dasmad gèlèng-gèlèng weruh Dasmad udud basbus-basbus kaya sepur tuit laka mandegé.
“Édan ah! Kowen udud kayong ora éling. Tembé dibuwang nyuled maning. Sadina, ududé kosih pirang bungkus sih?” takoné Glèmboh waktu wong loro jagongan nang gardu ronda.
“Kowen bisa ngètung dèwèk. Awit jeblèng tangi turu kosih pan turu maning, nyong mèsih udud. Kuwé pirang bungkus? Dètung dèwèk Mbloh!” semauré Kang Dasmad sing popular kasebut KD.
“Dadané kowen ora rompal Mad?”
“Alhamdulillah seger buger. Malah adong ora udud, dadané krasa senit-senit!”
“Ajib ah…” Glèmboh éram.
“Sapa tuli…”
“Kowen ora éman-éman duwit diobong saben dina, Mad?”
“Maksudé?”
“Tak étung, sadina kowen kira-kirané udud minimal rong bungkus. Paling satitik, kudu ngetokna duwit 10 éwu. Sawulan 30 dina, dadi kowen kudu ngetokna 300 éwu. Kowen udut wis pirang taun sih?”
“Awit SMP nyong wis udud, kira-kira wis salawé taun…” jawabé KD.
“Kuwé Mad, kowen rugi jahat”
“Maksudé?”
“Ya, adong duwit ududé dicèlèngi, kowen nden wis sugih ya?”
“Betul, Mboh! Tapi raimu ora udud ganing mlarat baé?” (*)
Serangan Fajar
ÉSUK uput-uput, lawang ngarepé Kapèr dibuka ngablag-ngablag. Embuh ora pranti-prantiné Kapèr nglakoni bab kuwé. Bojoné nganti kèder weruh ulahé Kapèr.
“Ésuk-ésuk mbukani lawang amba-amba, pan ana dayoh saka endi Kang?” omongé bojoné Kapèr.
“Pokoké okèm lan yahèr Jo! Ngko bar noblos Pilwakot, kowen masak sing énak ya? Opor ayam mbuh apa, sapisan-pisan Jo. Saben dina mangan ka ora liya tèmpé tahu baé. Bosen oh, nyong kan pèngin mangan opor ayam…” semauré Kapèr sumringah.
“Sing pan teka tamu agungé sapa Kang?”
“Éh…kiyé uwong blèh paham. Dina kiyé kan ana pencoblosan walikota kambèn wakilé, ilokèn kowen belèh genah baé?”
“Genah Kang. Mung sing nggo éramé enyong, mukani lawang amba-amba, maksudé apa?”
“Kowen ora krungu, Jo? Jam-jam ayawèné jaré Dasmad pan ana Serangan Fajar”
“Serangan Fajar kuwé apa sih?” takoné bojoné Kapèr.
“Ya…salah siji calon walikotané pan mbagi-mbagi duwit” Kapèr njelasna.
“Oh…dong kaya kuwé nyong tak ngumbahi panci, wajan, ngasah lading, toli mbenerna deles kompor sing pada cindek ya Kang?”
“Sih nggo apa?”
“Jaré pan masak opor ayam…”
“Oh…yahèèrrrr…..Gagiyan wis, kowen tata-tata nang mburi. Nyong tak nunggu Serangan Fajar” Bojoné Kapèr agé-agé bèrès-bèrès nang mburi. Kapèr delag-deleg nang kursi. Sadèlat-dèlat, dèwèké metu njaba. Tapi satugel-tugel acan laka uwong sing numul nekani maring umahé nganti srengèngèné mencorong saka wètan.
“Dalban ndèyan! Tak entèni nganti boyoké pan mèyèg, ganing laka apa-apa. Alaaa…Serangan fajar, serangan fajar entut burut? Diserang fajar Sidiq lah iya. Asem ka Dasmad, mbodoni jakwir laka pedoté!” Kapèr nggrutu, culag (*)
Undangan
BATU batrè hapèné Um Wapèk tembé baé dicès, ujug-ujug ana sms mlebu. Hapé diurubna, mbak byar nang layar hapé ana sms saka Dasmad.
“Ana undangan nggo kowen Pèk” isi sms-é Dasmad.
Um Wapèk mbak pyar, rasa penasaran atiné olih sms saka Dasmad.
“Undangan apa Mad?” takoné Um Wapèk mbales sms Dasmad.
“Penting…”
“Undangan pengantènan apa sunatan? Adong kuwé, nyong sengit nandes Mad. Utang ora tapikèn kaya dioyok-oyok sètan. Gudu undangan kuwé oh ya?”
“Aja water. Gudu!” semauré Dasmad liwat sms.
“Okèm wis. Isiné penting nemen Mad?”
“Raimu sakalé wong lanang ka, criwis kaya wong wadon! Butuh ora?” nada sms-é Dasmad kayong culag. Sèwot.
“Iya Mad. Sori…sori. Undangan apa sih, kayong penasaran nemen. Gagiyan oh..”
“Yaul! Kiyé undangan saka tukang adzan nang Mushalané kowen Pèk; hayya ala shalaah hayya ala falah…kik kik kik…” (*)
Gorila
KAPÈR lagi iliran duwit éketan éwu. Dèwèké njagong nang korsi males, endasé topi lakenan. Ésuk-ésuk mangané setangkep roti dilapisi dadar endok, njeroné ana uga abon daging sapiné. Édan ah, Kapèr kaya god father beneran.
“Urip dong kaya kiyé yahèr temen ya? Rasané kaya nang sorga. Ésuk-ésuk wis ana wong ngateri duwit pitungatus éwu, dong buruh macul kosih pirang minggu ya? Bener-bener yahèr, okèm banget ah!” Kapèr nglendeng dèwèk, ngrasakna urip dadi tukang gawé iklan nang tivi, penghasilané ora pèré-pèré. Sapisan olih jog, duwité kaya udan ditibakna saka langit.
Aha! Lagi énak-énak kipas-kipas lan ndètèng nang korsi males, ana suwara lawang ditotok-totok. Kapèr agé-agé muka lawang. Barang dibuka, ana Gorila gedé ngadeg. Kapèr kagèt latan mlayu maring mburi. Tapi barang anjog mburi, dèwèké dicegat Gorila maning. Kapèr mundur, Gorila sing nang ngarep maju, samana uga Gorila sing manjing saka lawang mburi. Posisi Kapèr dadi nang tengah-tengah Gorila.
“Enyong aja dipangan, kowen kabèh bisané mlebu maring umahé enyong? Pan pada apa-apana, hai Gorila?” omongé Kapèr kambèn ndredeg.
Salah siji Gorila menehi surat. Cangkemé nyuara; nguk, nguk, ngukk, ngukkk. Kapèr nrima surat saka Gorila. Isi suratné kaya kiyé:
“Aja maèn linglung ya? Jatah honor syutingé enyong endi? Kowen gawé iklan nang tivi nganggo tenagané enyong, bisané enyong kabèh durung dibayar-bayar? Saiki gawa mènèh, jatah honoré enyong pitungatus éwu nggo wong loro. Ora dimèin, kowen tak pangan. Gagiyan metu saiki!”
Duwit mung-mungé pitungatus éwu, akhiré diwèkena kabèh maring Gorila.
“Matur nuwun ya Kapèrrrr…??” omongé si Gorila loro karo cekakakan. Kapèr kagèt latané takon.
“Saluguné kowen kiyé sapa bol? Bisané ngomong kaya menungsa?”
“Enyong Dasmad!”
“Enyong Jayèng Pèr, kik kik kik….”
Nganggo Dingklik
JAWANÉ Kang Dasmad dadi penyuluh KB nang dèsa-dèsa sa-Kota BRBES BERHIAS. Dèwèké kayong seneng tuktak terus kambèn wong wadon-wadon. Luwih-luwih sing diomongna ora adoh saka masalah seks. Iiihhh...kadangkala wetengé Dasmad gadi kaku. Sebabé, adong wong wadon wis gelem ngomong masalah ‘jeroan’, mblowaké oranguwarti. Pendeké rahat temenanan.
“Coba Yu Darmi, nyong mèlu takon. Sampèan mèluné KB apa?” Dasmad nyoba takon Yu Darmi waktu mèin penyuluh KB maring Ibu-ibu PKK nang Kelurahan Tunon.
“Biasa Mad, nyong nganggoné KB Pil. Pokoké seidup semati!” jawabé Yu Darmi kemlatak.
“Dong Bu Jamilah sih, tègin ajeg nganggo sistim kalènder?”
“Yau Mad! Adong nganggo sing macem-macem, wedi ora bisa mèn. Énak nganggo sistim kalènder, ana grenjelé....” semauré Bu Jamilah gawé Ibu-ibu pada gemuyu lata-lata.
“Wis...wis, wiiissss....gemuyuné aja kebatasen. Ngko kepoyuh nang katok. Saiki, nyong mèlu takaon kambèn Yu Napi. Sampèan nganggoné KB apa?” tangané Dasmad nuding maring Yu Napi.
“Nyong tah langgan lawas. Ora macem-macem. Awit jaman cindil abang, tetep nganggo tingklik!” jawabé.
“Bisané nganggo dingklik Pi?” Dasmad perlu penjelasan.
“Iya ya....soalé enyong pendek. Dadi nganggo dingklik. Dong wis ‘mlebu’ dingkliké tak jejek! Klontang...!!”.
Bocor Alus
KANG Dasmad, Jayèng kambèn Kapèr lagi pada klèkaran nang Taman Lilin ngarep Gedung DPRD Kota Tegal. Wong telu karo mangan kupat glabed nginungé wèdang Gandring, wèdang sing digawé nganggo rempah-rempah, rahat ndospok ngalor ngidul. Kebeneran nang kono ana pagelaran Wayang Tegalan sing dalangé radan ‘bocor alus’. Artiné, akalé blèh jègod ndalang, gawan wani mider-mider ndalang nang endi-endi ora. Dalang ‘bocor alus’ kuwé sing saiki lagi dingo omongan gonèng wong telu.
“Dalang ngablu ka ditanggap ya. Éram yanu, apa laka dalang maning? Bisané Si Jablud nganakna pagelaran nganggoné dalang kemplu ya?” nyotongé Jayèng molai buka diskusi maring kanca-kancané.
“Ora dalangé ora panitiané, kemplu kabèh ka. Malam Sastra Tegalan ka nanggapé dalang pakra ora.” sambung Dasmad karo cangkemé mucu-mucu.
“Gayané olih. Jebulé praktèké wapèk. Dongé tah, ora perlu mlebu nang gerombolané Dewan Kesenian ya? Ndadèkna Dewan Keseniané mèlu wapek! Masalahé, njogètna wayangé baé becus ora, nèkat dadi dalang.” omongé Jayèng ngaprus-ngaprus.
“Pendapaté kowen pibèn Pèr? Kowen awit mau laka suarané, mikiri apa sih?” Dasmad coba takon maring Kapèr.
“Enyong wadé Mad! Kepaksa nyong mèné dijak Jayèng. Ana wong lagi turu digugah, jebulé dalangé ‘bocor alus’. Jègod ora, wani-wani ndalang. Cacak oh…adong nyong sing ndalang, tak jamin ramé….” jawabé Kapèr sok gaya ulu.
“Nyocot apa énté Pèr! Énté jègod apa soal wayang? Énté mbèdakna Srikandi kambèn Pètruk baé, moniné Sindèn Plawangan…..” semauré Jayèng srampangan.
“Kowen aja ngina Yèng. Yanu kiyé, dong wis gelem ndalang, wong sa Tegal gègèr sakarang-karang!” omongé Kapèr ora kalah sengit. Sawetara krungu omongé Kapèr sing ngagul kaya kuwé, Jayèng gemuyu lata-lata.
“Iya…iya! Yanu percaya énté, dalang. Tapi dalang kerusuhan!”.
Suryakanta
KAPÈR ndasé mumet. Barang wis tuwa, bojoné ora sangsaya nurut tapi sebaliké rèwèlé dubilah belis. Ana-ana baé sing digagas. Pendeké gawé waduké Kapèr njelu.
Sing gawé mangkelé maning, adong Kapèr ‘njaluk’ moniné nglètèh-nglètèhi karo ngomongané ora peta dirongokna nang gobog. Kalah mumeté, Kapèr begadang kambèn Dasmad. Kaya biasané dèwèké lèsèhan nang Taman Lilin sing ana nang ngarepé Gedung DPRD Kota Tegal.
“Saben dina, rainé kowen kayong laka cahyané sih? Kowen lagi ana apa Pèr?” Dasmad takon maring Kapèr waktu nang Taman Lilin.
“Kon ana cahyané pimèn Mad. Nang umah, nyong disruwang bojo terus. Bojoné enyong, tambah tuwa ora tambah nurut, tapi crèngkèngé minta ampun.” semauré Kapèr.
“Ndèyan lagi bèrag Pèr.” Omongé Dasmad.
“Bèrag pibèn Mad?” takoné Kapèr.
“Maksudé, bojoné kowen lagi puber kedua. Soglog énté” omongé Dasmad karo nyedot rokok krètèké.
“Éh….ilokèn Mad? Wong wis tuwa baé duwé rasa puber maning?”
“Aja dikira Pèr. Dong wis ketekan puber kedua, penjaluké macha-macha. Kowen ngrasakna oya?” omongé Dasmad.
“Bener Mad. Compong ka, winginané bojoné enyong njaluk ditokokna golèk Kunyuk-kunyukan. Barang ditokokna, njaluk dijoli golèk Macan-macanan. Dituruti, njaluk maning dolanan Otok-otok. Ora bada….dolanan sing tak tokokna diobong, nggo urub-urub pawon.” wadulé Kapèr ndadèkna Kang Dasmad gemuyu cekikikan.
“Temenan Mad! Kowen aja cekikikan, kiyé serius….” Kapèr nyambung omongan maning.
“Yaul! Nyong paham Pèr. Mituruté enyong, kowen sing soglog.” omongé Dasmad.
“Bisané Mad?” Kapèr blèh ngarti arahé Dasmad ngomong.
Kang Dasmad akhiré misiki Kapèr. Kapèr uga paham, trus mratèkna apa sing diomongna Dasmad. Gelisan crita, bojoné Kapèr mbungahé por-poran waktu Kapèr nodokna sologé nganggo suryakanta, gedèné saalu. Lan kuwé sing lagi diarep-arep bojoné Kapèr.
Kodrah
CRITANÉ nang dèsané Jayèng lagi ana kondrah Lurah. Awit ésuk warga masyarakat dèsané Jayèng pada runtung nang lapangan, tempat pencoblosan kodrah. Kang Dasmad kambèn Kapèr iseng-iseng nonton. Ubang-ubeng nganti sikilé tèol, wong loro nggolèti Jayèng ora ketemu-ketemu. Wong loro akhiré nggesruk nang warung lèmprakan pinggir sawah.
“Jayèng dongé maring endi ya?” Kapèr mbuka suwara kambèn sadèlat-dèlat nruput tèh tubruk.
“Kowen sogrog temen sih. Jayèng nden lagi noblos oh. Coba di-sms oh. Dientèni nang kèné.” omongé Dasmad.
“Pulsané enyong tab…” jawabé Kapèr.
“Raimu gawèné mlarat baé sih Pèr. Kowen blèh bosen dadi wong mlarat?” sruwang Kang Dasmad.
“Ora kaya kuwé Mad. Miki kas dingo jakwir. Moniné sadèlat, jebulé bablas tatas. Brèngsèk ka….ora diganti acan-acan.” jawabé Kapèr alesan. Saluguné tah, awit winginané pulsané Kapèr kari sawidak pèrak.
“Wis tak smsé enyong wis….” omongé Dasmad kambèn tangané mètèti tut hapèné, sms maring Jayèng. Isi smsé Dasmad kaya kiyé: ‘Yèng, kowen tak entèni nang pinggir sawah, satus mèter saka lapangan tempat kodrah Lurah nang dèsané kowen. Cepet, kowen teka dong wis noblos. Nyong karo Kapèr’.
Ora let suwé Jayèng bales sms. Isi smsé Jayèng kaya kiyé: ‘Énté wong loro klayaban maring kodrah Lurah nang dèsané yanu pan golèt apa? Yanu ora nang umah, yanu lagi noblos nang Gang Sempit. Énak écol nang kèné, kik kik kik…
Banjir…Banjiiirrrr
MANGSA rendeng, udan awit soré ngericek ora mandeg-mandeg. Nang Jakarta, kotané dikepung banjir nganti telung mèter. Sakandang bentang, wargané kedangsrakan. Pan lelunga ora bisa. Paribasan, Jakarta nang waktu kiyé lagi dilandrat, kotané kaya segara ngamplak-ngamplak. Apa jalaran wong-wongé pada mblunat atawa pejabaté kakèhen dosa? Embuh temen, sapisan-pisan Kota Jakarta kudu diganjar. Dileb sisan ya blèh apa-apa. Sing dijaluk, nang umahé Jayèng aja kosih ana kedadèn sing mrekitiki. Adong sewajaré udan, blèh papa. Wayahé pancèn lagi wayah rendeng, ora masalah. Sebaliké, adong ora nana udan, malah ketar-ketir. Aja-aja daèrahé lagi kena ukum, blai pisan. Ah, sing kaya kuwé aja nganti. Abot sanggané!
Wayah udan ngericek kaya kiyé, nggo turu soré pancèn énak nemen. Turuné bisa angler, ora kemutan maring wektu kaya dèné sing lagi diranapi Jayèng. Kadiran lagi laka sing digarap, turuné Jayèng kebluk nemen nang pinggir ranjang. Jawané sisan ngatak-ngataki bocah bayiné sing tembé lair.
Maklum, sadawané dèwèké bebojoan nganti taunan, Jayèng tembé dimènèi momongan. Dadiné kayong blèh gelem pedot karo bocahé. Kepènginé perek terus.
Ujug-ujug, lagi angler-angleré Jayèng turu, dèwèké langsung njenggèlèk tangi. Gita-gita dèwèké gemboran sarosa-rosané:
“Banjir! Banjirrrrr…banjjjjiiirrrrrr….!!!”
Krungu Jayèng gemboran, wong saumah pada tangi. Nyatané laka banjir, akhiré Jayèng kisinen. Gudu kedaèan banjir temenanan, tapi kur ompolé bocaé sing mantur maring rainé dèwèk nganti teles klebes.
Laku Adil
KAPÈR sing biasané seneng ‘njajan’ nang Gang Sempit, saiki mandeg greg. Babar blas ora ngèdek acan-acan. Adong dijak Jayèng utawané si Glèmboh kanca batir anyaré, dèwèké nolak mentah-mentah. Samana uga dong dipaksa gonèng Oom Brindil, ora gelem. Pendeké, ning waktu kiyé Kapèr nèhi maharad. Kapèr pèngin dadi wong alim temenanan. Saben dina Jemuah, ora let mèlu kumpulan pengajian nang kampungé.
Diusut-usut, jebulé Kapèr duwé pengarah maring rangda jentrak-jentrik sing bokongé kètal-kètol. Rangda kuwé arané Dariyah sing mèlu nang kumpulan pengajian saben dina Jemuah. Kapèr kambèn Dariyah kayong wis pada mbekuré. Ora kètang, wong loro sering smsan. Paribasan woh-wohan, matengé mateng uwit. Luwih-luwih Dariyah sing ora duwé keturunan lan wis sataun ditinggal mati gonèng lakiné, dadi wis gatel.
“Enyong lagi nandang kasmaran Mad” omongé Kapèr waktu saprana maring Dasmad.
“Maksudé kowen rijèk, Pèr?” takoné Dasmad.
“Maksudé guwé, pèngin tiru Aa Gym….” jawabé Kapèr gayaulu, nganggo basa prokem Jakartè.
Waktu saprana, Kang Dasmad kayong kegugu. Kagèté blèh ketulungan. Pikiré Dasmad, wong nganggo mangan baé tak-takan ka, gayané pan tiru-tiru Poligami kaya Aa Gym.
Dasmad ora ngarti dalan pikirané Kapèr. Tapi ya kaya kuwélah, karepé Kapèr pèngin mbojo loro ora bisa diampet.
“Éé….mogané adong dijak étan ora gelem, jebulé Kapèr pèngin mbojo loro? Macha-macha baé bocah kaé!” grutuné Jayèng gemlotok waktu Dasmad kanda-kandana nang Taman Lilin, ngarep Gedung DPRD Kota Tegal.
“Lah kowen ka sewot sih Yèng?” omongé Dasmad.
“Polahé kayong nyengiti Mad. Gemagusé kaya wong sugih. Pengrasané mbojo loro kuwé gampang? Wong nggo mangan dèwèk baé cèngap-cèngap, gayauluné pan ilon-ilon kaya Aa Gym. Tembé kecantol rangda baé, royal kadal! Bisa laku adil belèh?” Jayèng sangsaya sèwot.
“Mituruté enyong, Kapèr bisa laku adil Yèng!” semauré Dasmad.
“Bisané Mad?”
“Ya iya ya ya….ora mangan siji, ora mangan kabèh oh. Saking lakané sing dipangan!”.
Rambut
UJUG-UJUG Kapèr ngilang. Kang Dasmad, kambèn Jayèng, usrèk nggolèti dèwèké. Embuh maring endi ngilangé Kapèr. Adong di-sms, jawabané sakentrang-kentrang. Bojoné dèwèké baé, ora ngarti. Jarèné sih lagi ana bisnis gedèan. Tapi embuh bisnisé apa.
“Olih setengah wulan, Kapèr laka jebabulé, dongé mèradé maring endi Mad?” takoné Jayèng waktu ngobrol nang warung saté koplak dokar Benjaran Adiwerna.
“Kowen ora sokan olih sms?” Dasmad balik takon.
“Compong ka! Dong sms, royal kadal! Moniné: nih Guwé lagi énak écol lèha-lèha nang Obyèk Wisata Guci. Guwé amé biduan Dèsa Jatilawang. Uah! Bener-bener urip kaya nang Taman Firdaus. Ambung-ambungan sabèngoré, ora kemutan Lu-lu sing ga ngarti romantikané urip sing sabeneré. Lu karo Dasmad lan Oom Brindil, sumangga pada modar. Guwé, lagi melayang-layang. Nginungé ice cappuccino, jus tomat, jus mèlon kambèn bakaran roti sing diolèsi madu saka Arab. Enyong emoh panganan Jawa. Saora-orané kentang. Jangané sop buntut gorèng. Wuah…ambu awaké biduang dangdut Jatilawang bener-bener ceilé………kaya jagad sing tembé baé diguyur udan riwis-riwis. Ududé rokok srutu, urip Guwé kaya nang Negara Kuba.........” critané Jayèng ngomongna gayané Kapèr adong sms maring dèwèké.
“Smsé Kapèr kaya kuwé Yèng?” omongé Dasmad.
“Yaul Mad! Bocah compong ka! Ora ndeleng gitok. Sakalé mlarat nggendong pejaratan, royalé royal kadal!” semauré.
Lagi ribut soal Kapèr, ujug-ujug Glèmboh teka.
“Mad…Yèng, énté-énté weruh Kapèr?” takoné Glèmboh.
“Lha kiyé lagi rasan-rasan soal Kapèr. Wis setengah wulan laka jebabulé. Ana apa kowen nggolèti Kapèr?” takoné Dasmad.
“Utang pulsa sapuluh éwu. Moniné, sadina loro pan yaur. Nganti saprèné, ampleng.” jawabé Glèmboh.
“Lha….cilaka, bubar! Énté kena tifu. Ha ha ha…..” Jayèng ngakak termasuké Dasmad.
Lagi dirasani, Kapèr nongol. Glèmboh langsung nagih. Tapi apa jawabé Kapèr?
“Bisnisé enyong ambruk. Barang-barang élèktroniké enyong kegawa banjir. Nyong wis ora duwé apa-apa. Nyong duwèné rambut gèl. Dong kowen pan nagih, kyèh nyauré rambut gondrongé yanu!”.
Kedung Ajaib
GÈGÈR ana kedung ajaib nang pesawahan mbang lor wilayah Kelurahan Slèrok. Jarèné, sapa-sapa sing adus nang kedung kuwé sakabèhané penyakit bisa ilang gandra. Uga sapa-sapa sing duwé gegayuhan, bakal kasembadan. Ora heran adong nang kedung kono kebek menungsa sing pada adus-adusan.
Anané gègèran sing kaya kuwé, ndadèkna Kapèr kambèn Dasmad ilon-ilon, nyacak pengin mbuktikna. Ringkes crita, Kapèr karo Dasmad maring kedung ajaib.
“Kowen pan njaluk apa Mad?” Kapèr takon maring Dasmad waktu wis anjog nang tempaté.
“Rahasia! Pokoké, enyong ora gegabah nibakna omongan. Adong kowen sih Pèr?” Dasmad balik takon.
“Enyong kepèngin bagusé kaya Arjuna. Tapi awaké kaya Gatotkaca; otot kawat balung wesi!” jawabé Kapèr.
Nang kedung ajaib, suasanané kebek melep-melep akèh wong pada adus. Tapi syaraté, wong sing adus kudu wuda. Gadi sing wadon katon kabèh barangé, sanama uga sing lanang pada klontangan gedabèlan.
“Wis oh Pèr, wuda. Aja kesuwèn. Bleng…bleng…bleng, njaluk apa oh.” omongé Dasmad.
“Ya. Kowen tuli Mad, nyong pèngin weruh, bener kedung kiyé ajaib apa ora.” semauré Kapèr. Lan ora let suwé Dasmad wuda.
“Nyong njaluk Poci Aladin sing digawé saka emas kabèh.” omongé Dasmad trusan nyemplung maring kedung. Barang mentas, Dasmad olih Poci Aladin sing digawé gonèng emas kabèh. Sawetara Kapèr nglegleg, dèwèké ora sranta trus bengok-bengok:
“Enyong pèngin bagus kaya Arjuna, tapi gagah kaya Gatotkaca; otot kawat balung wesi kabèh.”
Kapèr nyemplung nang kedung. Barang mentas, bener apa sing diomongna Kapèr. Rainé bagus kaya Arjuna, ototé kawat lan balungé dadi wesi. Ora ketinggalan, sologé Kapèr manglih dadi lonjoran wesi beton.
Rames
AJA klalèn, ngko bengi teka nang enyong
Kowen ora susah pada mangan
Nang umahé enyong, mangan rames nganti njubel
Tak entèni, bar isya…!
Kuwé smsé Glèmboh maring Dasmad, Kapèr kambèn Jayèng. Waktu kuwé wong telu pas lagi gitaran nang gardu ronda, cedek umahé Kapèr. Dengarèn temen Glèmboh ngajak mangan-mangan. Apa lagi ulang taun? Embuh ya…! Sing jelas Glèmboh ngajak mangan-mangan rames!
“Ngko pibèn Mad…?” ujug-ujug Jayèng nyuwara takon maring Dasmad.
“Pibèn…pibèn Yèng?” Dasmad balik takon.
“Maring umahé Glèmboh bareng baé?” omongé Jayèng.
“Apiké ya bareng. Jaré kowen pibèn Pèr?” Dasmad njaluk pendapat karo Kapèr.
“Yaa…..suka bareng-bareng. Kowen ora susah balik dingin Yèng, wong tanggung. Dèlat maning isya.” semauré Kapèr.
“Saluguné yanu wis ngelih nemen. Pèngin yukul, Pèr.” omongé Jayèng kambèn cekelan weteng, sangking ngelihé.
“Sabar. Ngko nang Glèmboh mangan rames nganti wudelé mèncong! Nyong kambèn Dasmad bé, awit sore sengaja ora mangan ka....” omongé Kapèr. Kepaksané Jayèng sakuwaté nahan ngelih.
Ringkas crita, wong telu teka nang umahé Glèmboh. Ora let suwé banyu putih disandingna. Wong telu wetengé pada pating plèlètan.
“Ramesé endi Bloh? Wetengé yanu wis blèh tahan. Ngelihé por-poran. Gagiyan ramesé ditokna.” omongé Jayèng blaka suta. Uga Kapèr lan Dasmad.
“Ya’ul. Ramesé lagi ditatani gonèng bojo” omongé Glèmboh karo ngundang bojo kon cepet ngetokna ramesé.
Ora let suwé, bojoné Glèmboh mètu nggawa rames. Trus dèwèké manjing njero. Sawetara wong telu, mandeng panganané sing dilèr nang klasa, tibané gèlèng-gèlèng.
“Bloh… endi ramesé?” omongé Jayèng.
“Laa….kuwé rames nang ngarèpé kowen. Kari dipangan ka…takon” jawabé Glèmboh kalem.
“His?! Ganing mung sega aking diklapani ?? Rijèk énté, aja yachanu…..”
“Ya….rames ya! Kiyé sing arané rames; ramesti….bol! Wong lagi paceklik ya saanané….”.
Cocolan
DASMAD kambèn Kapèr lagi jagongan nang Taman Lilin ngarèpé Gedung DPRD Kota Tegal. Kaya biasané wong loro pada srupat-sruput nginung Wèdang Gandring. Yakuwé salah sijiné wèdang sing digawé gonèng bahan-bahan kayadèné, pala, kamijara, asem, kapulaga, gula jawa, mrica lan liya-liyané. Wèdang kiyé pancèn tembé ana nang Kota Tegal sing lagi dipopulèna ganing Yu Jènab. Rasané kaya Wèdang Alang-alang tapi luwih joss.
Kang Dasmad, Kapèr, Jayèng, Oom Brindil dan Glèmboh, ora liya uwong-uwong sing dadi langganané Yu Jènab. Ora hèran adong saiki Dasmad kambèn Kapèr wis lèsèhan nang warungé Yu Jènab.
“Jayèng, sida mèlu nyalon bekel Mad?” Kapèr buka suwara.
“Jaré ta mèlu. Dadiné embuh.” semauré Dasmad.
“Pirasaté kowen pibè? Jayèng cènggang-cènggeng, apa ia pantes dadi Bekel?”
“Nasibé menungsa sih laka sing ngarti, Pèr. Wong kowen bé bisa dadi bupati ka…wong nang dunya tah bisa molak-malik. Asalé nang ngingsor, ujug-ujug bisa nang nduwur” omongé Dasmad.
“Éé…kaya kuwé? Contoné pibé, Mad?” takoné Kapèr.
“Contoné? Dong kowen karo bojo jaran-jaranan. Awité kowen nang nduwur, ujug-ujug kowen diwalik nang ngingsor hé hé hé…..” semauré Dasmad kambèn cèngèngèsan.
“Brisik lah! Kiyé serius Mad, omongan tuwa. Nasibé Jayèng rijèk. Klakon dadi bekel apa tambah ora karuwan-karuwan? Masalahé kaya kiyé Mad, adong Jayèng dadi bekel, yanu karo énté bakal ombèr!” omongé Kapèr.
“Sikah! Ombèr ndasmu pokah! Jayèng nyalon bekel gawan apa? Arané wong pan nyalon bekel, bandané kudu sahahahaha. Lha…Jayèng gawané apa?” Dasmad coba takon karo Kapèr.
“Jayèng duwé warisan sawah lan pekarangan, Mad!” jawabé Kapèr.
“Sawah karo pekarangan, ndasmu dilempag! Jayèng gawané cocolan, soglog!”.
Nang Mejasem
ATINÉ Kapèr soré kiyé bener-bener ketar-ketir. Masalahé, awit jam siji awan kosihk pan rep, Dasmad nganggo motoré Kapèr gurung balik-balik. Kapèré dèwèk, dong dipikir ya salahé gedé. Wong Dasmad tembé diajari numpak motor, dilos dèwèkan maring endi ora.
Sedèlat-sedèlat, Kapèr ndeleng jam. Bolak-balik ana suwara motor, dèwèké metu maring njaba. Barang dideleng, gudu Dasmad.
“Waduh! Cilaka. Kaé uwong dongé blajar motoré nang endi ya? Cilaka mentit!” grutuné Kapèr karo cangkemé mucu-mucu.
“Apa ditangkep Pulisi apa……waduh! Sida rempon kyèh, duwité nyong modol-modol adong bener ketangkep. Wis ora nggawa STNK, ora duwé SIM…..wah wah wah….cilaka duabelas!” Kapèr ngedumel ora uwis-uwis. Atiné cop-copan kaya pan copot.
“Kadal ndèyan! Bisané nyong mau ngolihi Dasmad nganggo motoré enyong ya? Alaaa….blai blai temenan!”
Saking ora kuwaté, Kapèr nganggo pit nggolèti maring endi-endi ora. Dèwèké kedangsrakan maring dalan-dalan gedé lan ora kètang maring plosok-plosok kampung kambèn nang lapangan. Mung sakabèhan panggonan sing diambah, ora meruhi Dasmad. Akhiré, Kapèr nggesruk nang wit asem lapangan PJKA. Ambekané megap-megap, kringeté drojosan pating ndlèwèr nang batuké lan pilingané.
Ujug-ujug matané Kapèr weruh klèndabé Dasmad. Mung ih! Bisané Dasmad mlaku nglèyang, tengak-tenguk dèwèkan ora nggawa motoré dèwèké? Atiné Kapèr sangsaya curiga. Aja-aja ana apa-apa. Ah!
“Mad…!! Dasmaaaadddd…..!!!” Kapèr bengok-bengok ngundang Dasmad.
“Hai Pèr!!” semauré Dasmad karo mlakuné radan deglag marani Kapèr.
“Motoré endi Mad?! Bisané kowen ngglandang? Aduh, pibèn Mad? Aja guyonan….” Kapèr brondong pitakonan waktu Dasmad nang ngarèpé.
“Aja prulukan kaya kuwé kowen ngomong, Pèr! Kowen jahat kambèn enyong. Kowen ngajari enyong mung cara njalanané motor. Tapi ora ngajari pibèn carané ngandegna motoré. Kowen jahat!” jawabé Dasmad.
“Iyaaaa….Mad! Tapi saiki motoré enyong nang endi?” omongé Kapèr kambèn matané merkabak.
“Kaèh tak gesrukna nang sawah Mejasem…!!!”.
Wanyad
JAWANÈ Glèmboh, Kapèr karo Jayèng kepèngin dadi bintang filèm nang Jakarta. Èsuk uput-uput, wong telu numpak sepur Tegal Arum. Dongèné sih Kang Dasmad pan mèlu, mung krana awaké ana sing dirasa, akhiré ditinggal. Anjog nang stasiun Senèn, wong telu mudun. Wong telu ora sekal maring tempat tujuané, malah klintong-klintong dingin ngubengi Kota Mètropolitan. Moniné mumpung nang Kota Jakarta, disisana nglayab sakentrang-kentrang. Utamané Glèmboh kambèn Jayèng sing gurung tau lelungan maring Jakarta.
“Ih…! Jebulé nang Jakarta ora bèda kaya nang alas ya Pèr?” omongé Glèmboh waktu nang pusat kota.
“Maksudé kowen pibèn mBloh?” Kapèr takon.
“Kotané rungseb. Umahé sol-solan, dalané semrawud….” jawabé Glèmboh.
“Ya! Kiyé sing arané Mètropolitan mBloh. Umahé dèmpèt-dèmpètan, giliné sesek ruwed. Uga gedungé duwur-duwur kaya pan nggruwek langit. Adong ora kaya kuwé, gudu Jakarta. Dong nang kampungé kowen tah, sing paling duwur wit jati! Nang kèné wit jatiné diganti dadi gedung-gedung perkantoran” Kapèr njelasna.
“Ih, ih iiihhhh….kaé sing kemerlob oncor raksasa Pèr?” omongé Jayèng waktu weruh Monas.
“Toblèg….toblèg…toblèg…!!! Kaé gudu oncor raksasa Yèng. Kaé Tugu Monas sing pucuké ana emasé. Ah, payah ah….ngajak bocah kidam maring Jakarta pada kamso kabèh. Ngisin-ngisina….! Wis lah kita lanjut klintong-klintong.”
Wong telu akhiré yag-yagan maring endi ora. Ujug-ujug, ciplosé wong telu weruh bungkusan ngglètak nang tengah dalan sepi. Rikat diparani bareng-bareng.
“Kiyé musti duwit!” omongé Glèmbloh.
“Ora! Kiyé gudu duwit. Tapi emas!” omongé Jayèng.
“Salah kabèh! Tapi tai!” omongé Kapèr.
“Ora! Kiyé emas!”
“Gudu! Kiyé duwit!”
“Gudu! Kiyé tai!”
Wong telu pada rèang. Ribut dèwèk-dèwèk. Barang bungkusan dibuka….:
“Kwèh, percaya?! Pan dadi bintang filem olihé tai! Saiki balik maring Tegal maning! Jakarta pancèn wanyad! Isiné tai tok….!!”.
Sayembara
ANAK wadoné Um Brindil bener-bener kaya wong Bulé. Arané sih wakaré, Warnitih, ndèsani nemen. Mung uteké kaya wong Barat, kemajon. Dedeg pengadegè, pancèn yahud. Dadané jembar, gunung kembaré mantep, sikilé daplang tur kempolé uga mantep. Pokoké yahèr!
Saiki Warnitih lagi golèt laki. Rasa kepèngin mbojo wis kebelet nemen. Mahklum, umuré wis wayah, 29 taun tentuné cukup nggo mbangun kaluwarga. Mung nggo dèwèké, golèt bojo ora kur bagus, pinter luruh pangan, tapikèn ya kudu kuwat manjaté. Sebab dèwèké atlit renang. Apa artiné wongé gagah, bagus, duwé pegawèan tetep, tapi barangé mlengkeruk? Warnitih bener-bener ora doyan ora sudi, maring wong lanang sing kaya kuwé. Mugané dèwèké kudu tliti nemen-nemen. Lan salah sijiné cara, Warniti nganakna sayembara. Syaraté, uga compong maning. Nang barangé calon lakiné kudu ana tatoné, tanda bakal calonné bener-bener demen maring olahraga.
Gelisan cerita, akèh wong lanang pada mèlu sayembara. Ana sapuluh uwong dikumpulna nang pengadusan Samudra Indah Kota Tegal. Tempat kuwé, pancèn sengaja dikontrak, khusus nggo tempat sayembara.
Siji turut siji, peserta sayembara dikon wuda klontangan. Barangé ditliti nemen-nemen. Macem-macem rupa tulisan mawujud tato sing ana nang barangé peserta sayembara. Nang kono ana tulisan mèrek sepatu olahraga kaya dèné; Balaradin, Bantèng, Bandul, Sènggot nganti mèrek sepatu gawèané Pagongan. Pèndeké werna-werna, komplit. Mung sing gawé Warnitih ngrajug, ana peserta sing paling bud, wis bocahé tuying kaya morfinis, tapi nang barangé ditulisi: AIDS!
“Ih….tobleg! Tobleeegggg…..!!” Warnitih mberèk-mberèk, sanalika maca tulisan kuwé.
“Bisané mberèk-mberèk mBa? Ngko tuli! Kiyé gurung melar. Coba ditètèsi lengané Mak Érot dingin gèn…..” omongé cah kuwé.
Agé-agé, Warnitih nètèsi lenga gawèané Mak Érot. Satitik turut satitik, barangé dèwèké dawa gedé tur waktu diwaca tatoné, tulisané: ADIDAS!
Rumil
BOJONÉ Kapèr lagi iris-iris mèngkrèng nang pawon. Wayahé wis awan, dèlat maning Kapèr istirahat kerja. Biasa, adong laut Kapèr mangan awané nang umah. Moniné nggo irit-irit. Luwih-luwih bojoné lagi meteng maning, dadi aja onggrongan nglusmèn nang warung.
Kaya biasané, anaké Kapèr sing nomer papat, umuré tembé 4 taun, semrikuté porporan. Pitakonané macem-macem. Adong ora dijawab, takoné terus-terusan. Sebaliké dong sapisan dijawabi, takoné ana-ana baé.
“Ma…” ujug-ujug anaké nyuara.
“Iya Nok. Kowen aja ngomong baé, Mané lagi masak. Dèlat maning bapané kowen balik.” omong Manèné bocah karo nyambi ngrajang bawang mèngkrèng.
“Ma….bisané wetengé Mané gedé kenangapa sih Ma?” anaké takon maning.
“Kiyé dèdèné kowen Nok. Wis….aja takon-takon baé, ngko tangané Mané keiris lading. Meneng baé gèn….” semauré Manèné. Tapi sing arané bocah, tetap nritil. Diomongi kon mingkem, cangkemé ngomong terus.
“Ma….enyong dongé mètuné saka endi sih Ma?” anaké takon maning.
Manèné apèn-apèn ora krungu. Dèwèké trus gusrek. Tapi anaké ora mandeg-mandeg takon. Kalah sèwoté, dèwèké nyilak roké.
“Metuné kowen saka kèné kyèh! Bocah rumil….!!” jawabé Manèné bocah karo ngosog.
Sawetara, bocahé ndeleng ana lubang loro. Trus dèwèké ngomong:
“Ih…adong nyong metu nang ‘ubang’ sijiné maning, nyong dadi tai ya Ma?”.
Kandegan
GLÈMBOH lagi moci karo Kapèr lan Jayèng nang pinggir bangjo Pasar Soré. Biasa, adong malem Ahad, wong papat pada pecèngcang-cèngcèng. Sandangané stil kabèh. Padahal wis tuwa, tapi gayané ora kalah kambèn wong nom. Luwih-luwih Glèmboh karo Kapèr, gayauluné jan najisi nemen. Sakalé rambuté wis kebek uwa, gayané nganggo kaca mata ana keding, lan topiné laken. Kapèr maning, wis bocahé cilik, tapi kemliti. Sandangané ora gelem kalah karo Glèmboh. Nganggoné sepatu bud, guluné slèyeran. Jawané bèn diarani seniman? Nyengiti!
“Kiyé Dasmad maring endi Pèr? Ganing ora katon.” omongé Glèmboh mbuka suwara.
“Biasa ya….adong malem Ahad, apèl maring biduan Jatilawang. Kowen kayong blèh paham adaté.” semauré Kapèr.
“Ééé…..bocah blèh kapok-kapok? Sakalé wis tau digebugi, laka kapoké“ Jayèng nambahi omongan.
“Mahklum Yèng. Sing arané wong gèrèlan, kuwé laka pedoté laka wediné. Apa maning mung digebugi, cilik Yèng. Wong gèrèlan kuwé ora wedi mati…..” omongé Kapèr.
“Iya ya…?” Jayèng mantuk-mantuk.
“Ya iya oh……”
Ujug-ujug, saka lor ndalan ana wong wadon STW marani maring grombolané Kapèr Cs.
“Ngapunten Mas, ajeng taken. Oom Blèmboh, énten mriki ?” omongé wong wadon STW waktu nang adepané wong telu.
“Oh….kula niki tiangé. Ana apa sih mba?” semauré Blèmboh njawab omongané wong wadon STW-né.
“Niki énten serat saka Yu Tarni tiang Kalisapu. Mangga ditampi, diwaos.” omongé karo mèkena surat.
Surat ditrima Glèmboh, trus diwaca. Isiné kaya kiyé: ‘Mboh, bisa ora bisa, dina kiyé kudu nyaur. Sampeyan kandegan nang enyong nganggoné surat. Jaré pan mèin 20 éwu dong tanggal enom. Saiki tanggal 2, nden wis gajian oh ……… nyong nagih janjinè sampèyai’.
“Ngisin-ngisina raimu! Kandegan utang….!” semprot Kapèr bareng Jayèng.
Flu Burung
KAPÈR akhir-akhir kiyé mèrad terus, ora tau nglèmbar maring kanca-kanca. Pèndèké las-los baé. Dasmad, Jayèng uga Glèmboh blèh paham maring sikapé Kapèr ning waktu-waktu kiyé.
“Ana apa maning ya, Mad? Bisané akhir-akhir kiyé Kapèr ora tau ngumpul?” omongé Blèmboh waktu lèsehan nang Taman Lilin ngarèpé Gedung DPRD Kota Tegal.
“Bisané takon enyong mBoh? Nyong dèwèk blèh paham ka….cacak oh takon Jayèng, mbokan ngarti” Dasmad mbalik omongan.
“Ndèan lagi ndekemi rangda maning Mad. Kaya lagi kaé, meneng-meneng jebulé ndekemi rangdané.” omongé Jayèng nyambung karo omongané Dasmad.
“Ééhh……..” omongé Blèmboh singkat.
“Wis, ngandel omongané yanu gèn. Kapèr musti duwé ‘gacoan’ maning!” omongé Jayèng.
“Kowen adong ngomong gejar-gejur Yèng. Ngerti-ngerti ora, ngomong njeplak!” semprot Dasmad.
“Yanu paham Kapèr Mad. Biasa ka….adong ampleng, ana sing diarah.”
“Wis! Kowen aja ngomong. Nyong kiyé tanggané, kowen ngarti apa? Kowen aja nambah-nambah dosa! Adong ngomong sing tata.” omongé Dasmad.
Suasana sepi maning. Ujug-ujug, hapèné Dasmad moni. Barang dibuka, Dasmad olih sms saka Kapèr.
“Kyèh sedulur….Kapèr sms….” omongé Dasmad.
“Coba diwaca Mad” Jayèng
Ora suwé Dasmad maca: ‘Mad, tulung kowen ngomongana maring jakwir-jakwir. Ning waktu kiyé, nyong ora bisa kumpul-kumpul. Nyong bosen dadi menungsa sing bisané nggumbel karo kanca-kanca laka perkembangané. Saikii nyong lagi pladangan maring endi-endi ora. Nyong pèngin urip bèbas, kaya manuk!’.
Kuwé isi smsé Kapèr. Ujug-ujug, Glèmboh nyemong:
“Goblog ka si Kapèr…”
“His! Goblog pibèn mBoh?” Jayèng nyoba takon.
“Ya goblog ya?! Nang endi ana manuk bèbas? Wong kabèh manuk pada kena flu burung?”.
Bis Susun
CRITANÉ Glèmboh maring Jakarta dèwèkan. Saka Tegal numpaké bis malem. Pikiré Glèmboh, kepèngin klintong-klintong nang Jakarta kosih mbenger. Soalé, waktu dèwèké klintong-klintong karo Kapèr lan Jayèng lagi pan ndaftar dadi bintang film, rasa-rasané gurung marem tapi kesusu Kapèr lan Jayèng njaluk balik. Kepaksané Glèmboh manut karo jakwir-jakwiré. Mugané, ning waktu kiyé, Glèmboh nylintis dèwèkan maring Jakarta.
Sadina muput, Glèmboh numpak bis jurusan Tegal – Jakarta, anjog nang Terminal Pulo Gadung jam sepuluh awan. Masalé, dalané macet sebab dikepung banjir. Wah, boyoké Glèmboh dirasa-rasa kayong mbetut. Tembé ngranapi numpak bis, waktuné ngalar-ngalar.
“Payah! Ora nang Tegal ora nang Jakarta, adong wayah rendeng dalan-dalan macet kabèh……” Glèmboh ngedumel nang batin, sauwisé mudun trus golèt bis maning. Tujuané pan mampir maring adiné sing ana nang Kampung Melayu. Adi wadon siji-sijiné pancèn lagi ngasab nang Jakarta. Mugané saben sawulan pisan, dèwèké niliki.
Nang pinggir dalan, Glèmboh lagi nunggu bis. Ora let suwé bis susun liwat trus distop. Rikat Glèmboh numpak bis susun. Barang manjat bis, nang kono wis kebek penumpang. Akhiré, gonèng kondekturé Glèmboh kon manjat maring tingkat loro.
Kaya pucung, Glèmboh manjat menduwur. Tapi bareng tekan tingkat loro, Glèmboh mudun maning.
“Hai Bang, kenapa turun lagi?” kondekturé negur Glèmboh.
“Emoh Bang! Guwé takut, wedi.” jawabé Glèmboh.
“Kenapa takut?”
“Kira-kira oh Bang! Sing nang nginsor ana supiré bé sering tabrakan. Apa maning sing nang nduwur laka supiré? Emoh ah, nyong pan mudun baé. Wedi nabrak!”.
Spanduk
DINA kiyé Kapèr bener-bener lagi apes. Mubeng-mubeng mocok nyoba dadi supir angkot jurusan Tegal – Slawi, sepi liti. Awit ésuk nganti wayah bedug lohor, tembé olih 13 éwu. Kuwé baé wis kalong, nggo tuku udud sabungkus.
Saluguné Kapèr mocok dadi supir, kepaksa. Adong gudu karena kaluwarga, gelem busung saklenteng, dèwèké ora kèré. Masalahé, gadi supir rekasa tur nantang blai. Akhiré kepibèn maning. Wareg orané kaluwarga dadi bab sing paling penting kanggoné Kapèr.
Ngrasakna mbekok ubang-ubeng ora olih penumpang, Kapèr akhiré ngetem nang prapatan Kardinah.
Ujug-ujug, matané Kapèr maca tulisan sing ana nang spanduk. Tulisané kaya kiyé:
‘Mohon Kesadarané Supir-supir Angkot
Adong Ngangkut Penumpang Aja Kosih
B E R G E L A N T U N G A N……!!!’
Maca tulisan sing ana nang bujur spanduk, rainé Kapèr langsung mbesengut. Atiné dumadakan sèwot.
“Bergelantungan ndasmu pokah! Olih pentumpang bé untung ka…..! Bergelantungan wanyadé……?!!”.
Mènstruasi
SALAH sijiné dina, anaké Dasmad takon maring dèwèké:
“Abah, mènstruasi kuwé apa sih?”
Krungu pitakonan sing kaya kuwé, Kang Dasmad kagèt ora ketulungan. Blèh dinyana-nyana pitakonan kaya kuwé metu saka bocah sing tembé klas loro SD. Kang Dasmad terus terang baé dadi bingung jawabé. Akhiré Kang Dasmad kepaksané ngarang-ngarang jawaban.
“Mènstruasi kuwé, getih sing mili saka awaké uwong, Tong”
Anaké Dasmad mantuk-mantuk. Trus ngomong maning:
“Adong kaya kuwé melasi nemen kancané enyong sing arané Jadul ya Bah?”
“Lha si Jadul kanca sekolahé kowen kenangapa sih?” takoné Kang Dasmad maring anaké.
“Kuwé Bah. Waktu kanca-kanca sekolah pada bal-balan, ujug-ujug si Jadul mènstruasi, getihé mili saka cunguré!”.
Pada Ngagulé
CRITANÈ Kang Dasmad lagi nunggu obat nang Apotik Kota Tegal. Waktu samana ana pasièn bulé wadon saka Amèrika Serikat. Radan ngagul, dèwèké nyuwara:
“Sing arané dokter nang negarané enyong hèbaté laka tunggalé. Nganggo alat-alat sing cèkèrèmèh baé, tumor sing ana nang wetengé pasièn bisa dijukut”
Ora kalah gras, Kang Dasmad sing njagong nang jèjèré, njawabi:
“Ora éram Miss.....”
“Oh ya.....pibèn?” takoné wong wadon bulé penasaran.
“Dokter nang Kota Tegal samana uga ora kalah pentolé kambèn dokter saka Amerika Miss. Tumor gedèné sabaskom nang wetengé kancané enyong, bisa dijukut gampang limpang kambèn ninggalna catut operasi nang jero weteng!”.
Alo
DASMAD gendu-gendu rasa kambèn Kapèr nang gardu ronda, loroan baé.
“Sajegé nyong kenal kambèn Ita, uripé nyong bener-bener seger Pèr! Dunya kaya nang awang-awang, hèpi-hèpi laka padané. Saben ketemu Ita, nyong disubya-subya. Saben nyong ngapèli Ita, nyong disediani susu kambèn ududé rokok sing luar negeri. Gurung pernah nyong duwé gèrel seroyal kiyé, Pèr” omongé Dasmad.
“Kowen ndèyan lagi kena pèlèt Mad. Sebab tarok sing kaya kuwé, ora sebaèné” omongé Kapèr.
“Bocahé putih mulus, éman nemen maring enyong Pèr. Pokoké, dèwèké kèdanan kambèn enyong nganti kepentut-pentut. Adong nyong apèl sering dipetani karo ditembangi. Ih...suwarané nyemek-nyemek. Urip kaya nang suwarga, énak nemen Pèr!” omongé Dasmad.
“Ita bocah Jatilawang, biduan dangdut oh ya?” jaré Kapèr.
“Ganing kowen ngarti Pèr?” semauré Dasmad.
“Ya iya ya....wong Ita kuwé alo-né enyong!” jawabé Kapèr.
“Alo..? Alo sih apa Per?”
“Alo kuwé, ipar bol! Jelasé Ita kuwé, adi iparé enyong saka bojo!
Sumber : http://begawantegal.blogspot.com/search/label/Obat%20Stres, http://begece.tk/